Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya
Positif
Jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu tugas yang harus dibuat
oleh Calon Guru Penggerak (CGP) pada pendidikan guru penggerak. Jurnal refleksi
dwi mingguan adalah sebuah tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti
sebuah kegiatan pelatihan (upgrading skill) yang ditulis secara rutin setiap
dua mingguan yang wajib dilakukan oleh para CGP. Pada bagian ini, sebagai CGP
saya akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.4
tentang Budaya Positif, dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Findings,
Future) yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.
Fact (Peristiwa)
Setelah melewati modul 1.1 tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara,
modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, dan modul 1.3 tentang visi
guru penggerak, selanjutnya saya mengikuti pembelajaran modul 1.4 tentang
budaya positif dari tanggal 29 September s.d. 19 Oktober 2023 melalui LMS
Pendidikan Guru Penggerak. Pada tanggal 6 dan 7 Oktober 2023 diadakan kegiatan
ruang kolaborasi yang dipandu oleh Bapak Nasir, S.Pd., M.Pd. selaku
fasilitator. Pada tanggal 6 Oktober 2023 dalam kegiatan ruang kolaborasi, kami
dibagi kelompok untuk menganalisis kasus – kasus yang disediakan berdasarkan konsep
– konsep inti dalam modul 1.4 tentang budaya positif bersama rekan CGP. Setelah
berdiskusi, kemudian kami mempresentasikan hasil analisis studi kasus
berdasarkan konsep – konsep inti dalam modul 1.4 tentang budaya positif.
Pada tanggal 7 Oktober 2023, kelompok saya diberi kesempatan terakhir oleh Bapak
Nasir, S.Pd., M.Pd. selaku fasilitator
untuk mempresentasikan hasil diskusi ruang kolaborasi. Dari hasil presentasi
tersebut, kelompok saya mendapat apresiasi dari rekan-rekan CGP Angkatan 9
kelas 09.07 SULBAR Grup B. Tiada hal yang sempurna dari tugas yang kami
kerjakan, tentu saran dan masukkan dari rekan – rekan CGP, juga sangat membantu
kami menyempurnakan tugas analisis studi kasus pada ruang kolaborasi.
Pada tanggal 11 Oktober 2023, Bu Jusmi Reali S.Pd., M.Pd. mendatangi
sekolah saya untuk melakukan Pendampingan Individu (PI) 2. Secara umum, ada dua
hal yang saya lakukan saat pendampingan tersebut. Yang pertama adalah membahas
terkait pembelajaran yang telah dilakukan selama kurang lebih satu bulan di
dalam program guru penggerak, ada umpan balik yang saya terima mengenai hal
ini. Kemudian yang kedua mengenai prakarsa perubahan saya sebagai guru
penggerak dan mengkaji visi sekolah bersama rekan-rekan PTK di UPTD SMP Negeri
6 Budong-Budong. Dalam kegiatan ini, Bu Jusmi Reali, S.Pd., M.Pd., selaku
pengajar praktik bertindak sebagai moderator, saya sebagai pembicara, dan
rekan-rekan PTK sebagai peserta. Banyak hal-hal menarik yang terjadi selama
kegiatan ini.
Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 2023 tepatnya pukul 13.00 WITA, saya
mengikuti kegiatan elaborasi pemahaman/koneksi antar materi melalui google meet
yang dipandu oleh Bapak Drs. Yummy Pilipus Markus Pedjaga, M.Pd. Kegiatan
elaborasi pemahaman ini sangat menarik karena membuka wawasan dan pendalaman
materi tentang budaya positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan
paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku
manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan
penghargaan, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga
restitusi. Dari seluruh rangkaian kegiatan modul 1.4 ini, momen yang paling
penting dalam proses pembelajaran modul 1.1 hingga modul 1.4 adalah saya dapat
memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep
budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid, melakukan
evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia
secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif
untuk menciptakan murid dengan Profil Pelajar Pancasila, memahami peran sebagai
guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif
dalam berinteraksi dengan murid, menerapkan strategi disiplin positif yang
memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada
anak, menyusun langkah – langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam
mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta
budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid, serta bersikap
reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya
sesuai kebutuhan sosial dan emosional murid. Secara garis besar selama dua
minggu, saya mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif yang terdiri dari
aktivitas Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi
Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.
Feeling (Perasaan)
Selama dua minggu mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif ini,
berbagai macam perasaan yang saya rasakan, antara senang, bangga, dan juga
khawatir tidak dapat melaksanakan pendidikan ini dengan baik dan maksimal,
bahkan insecure atau merasa minder karena melihat teman-teman calon guru
penggerak yang hebat. Di sisi lain, ada sederet tugas pokok sebagai pendidik
yang harus diselesaikan bersamaan, dan di sekolah belum tersedia jaringan
internet dan komunikasi yang memadai. Tentu semua terasa bercampur aduk serta
tetap berusaha memanajemen waktu dengan baik dan tekad yang kuat untuk dapat
menyelesaikan tugas – tugas modul 1.4 tentang budaya positif dalam Program Guru
Penggerak ini. Dari pembelajaran modul 1.4 ini, saya merasa ada kaitan antara
modul 1.1 hingga 1.4 yakni untuk mengimplementasikan strategi disiplin positif
yang memerdekaan murid agar tercipta ekosistem sekolah aman dan berpihak pada
anak demi mewujudkan merdeka belajar dan Profil Pelajar Pancasila, sesuai
nilai-nilai dan peran guru penggerak. Dari perwujudan nilai-nilai tersebut,
maka guru penggerak dapat menjadi agen perubahan pembelajaran, serta harus
mampu menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam
mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta
budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid, serta bersikap reflektif
dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai
kebutuhan sosial dan emosional murid. Ketika saya semakin mendalami materi pada
modul 1.4 ini, terutama saat elaborasi pemahaman/koneksi antar materi, saat
momen itu terjadi saya merasa banyak hal yang perlu saya perbaiki, sebab posisi
kontrol sebagai guru yang saya lakukan sebelumnya kurang tepat.
Dalam hal ini, saya belajar memanajemen posisi kontrol manajer agar dapat
berhamba pada murid, sehingga murid menjadi lebih bertanggung jawab dan tidak
terintimidasi jika berperilaku indisipliner. Dari momen tersebut, saya merasa
tergerak untuk memperbaiki posisi kontrol saya sebagai guru ke depannya, serta
menyusun keyakinan kelas sebagai rancangan aksi nyata. Di sisi lain, saya juga
merasa tercerahkan dan termotivasi untuk memahami dan mengintegrasikan budaya
positif dalam menjalankan tugas sebagai pendidik di masa kini agar mampu
menjalankan peran sebagai guru penggerak sekaligus agen perubahan pembelajaran.
Selain itu, pada aktivitas modul 1.4 tentang budaya positif ini, saya merasa
sangat antusias, sebab materi ini sangat bermanfaat dan membantu saya dalam
menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan
ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak di UPTD SMP Negeri 6
Budong-Budong.
Findings (Pembelajaran)
Dari pembelajaran modul 1.4 tentang budaya positif ini saya mendapat ilmu
untuk meningkatkan kompetensi sebagai seorang pendidik. Sebagai seorang calon
guru penggerak saya harus dapat mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang
berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. Sebelum
saya mempelajari modul 1.4 ini, saya berpikir bahwa posisi kontrol sebagai
penghukum, pembuat merasa bersalah, dan pemantau adalah posisi kontrol yang
tepat dalam menjalankan tugas sebagai guru. Namun ternyata pandangan tersebut
keliru, di mana sebagai guru harus dapat memanajemen posisi kontrol manajer
dalam membangun budaya positif di sekolah. Dari pembelajaran modul 1.4 ini,
saya merefleksi diri dan berlatih untuk menerapkan segitiga restitusi dalam
menyelesaikan masalah indisipliner murid. Pada aktivitas modul 1.4 tentang
budaya positif ini juga saya memahami bahwa untuk menciptakan ekosistem sekolah
aman dan berpihak pada anak, kita harus dapat bersikap reflektif dan kritis
terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan
sosial dan emosional murid.
Future (Penerapan)
Dari pembelajaran modul 1.4 tentang visi guru penggerak ini, saya
termotivasi untuk menjadi bagian dari perubahan dan mencoba mulai dari diri
sendiri untuk melakukan hal terbaik dengan pembiasaan posisi kontrol manajer
melalui segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah indisipliner murid. Pada
aktivitas pembelajaran modul 1.4 tentang budaya positif ini, saya termotivasi
untuk berkolaborasi dengan rekan sejawat dan berkonsultasi dengan kepala
sekolah dalam rangka menyusun keyakinan kelas yang berpihak pada murid. Selain
itu, saya juga akan mendiseminasikan pemahaman, pengalaman, dan penerapan budaya
positif di sekolah.
Sekian pemaparan saya dalam jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4
pendidikan guru penggerak angkatan 9.
Salam Guru Penggerak
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan
